Nikah di Indo

Agung Fajarudin
5 min readMar 13, 2021

--

Sekarang hari minggu malam pukul 12 lewat beberapa menit, dan timeline twitter sedang ramai memperbincangkan pernikahan artis yang lagi-lagi akan disiarkan secara live di stasiun tv nasional dengan durasi beberapa jam dan mengambil beberapa segmen. Bisa dibayangin kan maksudnya? jadi ada artis yang mau nikah dan pernikahannya ini ditayangin di tv, dengan berbagai acara turunannya. Menurut jadwalnya sih ada sekitar 6 acara dengan durasi masing-masing 30menit–1jam tiap acaranya hanya untuk menyiarkan pernikahan seseorang. Sepertinya pernikahan willy sama kate di inggris ngga segitu juga deh, apalagi yang baru-baru beberapa tahun kemarin meg dan harry hanya satu jam paling.

Tapi apasih masalahnya? Jadi banyak perdebatan soal pantas ngga si pernikahan orang-orang disiarkan di tv nasional, apalagi hal ini sudah beberapa kali terjadi di indo, ngga tau juga ya kalo ada negara lain yang emang sudah biasa buat nyiarin pernikahan masyarakat civil di tv nasional. argumennya bahwa frekuensi publik tidak bisa semena-mena untuk kepentingan privat dan harus digunakan baik untuk kepentingan publik (https://voi.id/bernas/38632/komodifikasi-pernikahan-seleb-di-ruang-siaran-publik-mau-sampai-kapan). apalagi banyak masalah-masalah dan urgensi penayangan publik yang tidak tercover oleh siaran televisi yang bisa dibilang lebih mencakup kepentingan publik bukan?

saya sendiri setuju akan artikel argumen di atas, apalgi ada dengan penyebutan etika penyiaran yang saya baru tahu ada di indo (kayanya dengan melihat kebelakang agak useless juga ye). Tapi banyak dari kita ngga sadar juga budaya pernikahan di indo, atau jangan dulu bicara budaya, bicara dulu soal kebiasaan pernikahan orang indo kelas menengah sampai kelas menengah ke bawah dan beberapa kelas atas, mungkin ngga semuanya ya tapi coba deh perhatikan, pernah ngga kamu ngga bisa lewat jalan yang ada di gang dan harus nyari jalan lain hanya karena jalan itu ditutup tiba-tiba sama orang yang nikah? atau pernah ngga kamu lagi enak-enaknya tidur di kamar eh kebangun gara-gara ada yang pasang speaker tiba-tiba karena lagi ngadain pesta pernikahan, apalagi dangdutannya sampe jam 3 pagi kan ye. pasti kejadian-kejadian di atas ngga hanya terjadi di kamu 1–2 kali kan. maksudnya ngga jarang lah.

here is the thing

dari observasi ala-ala saya, bahwa orang indo (beberapa) dalam melakukan pernikahan selalu ingin menunjukkan bahwa acara tersebut acara milik komunitas yaitu masyarakat. dulu mungkin adanya speaker untuk mengundang masayarakat sekitar bahwa “oh si ini yang nikah tuh tetangga gue gitu”, anggota komunitasnya harus tau akan acara dari anggota mereka dan menjadi bagian di dalamnya. saya di kampung sering lihat kalo ada saudara yang nikah, yang bikin acara nya tuh ya tetangga-tetangga dekat sama saudara-saudara bukan EO, pengantin dan keluarga pengantin cuma nyediain dekor ala-ala sama bahan-bahannya. mulai dari masak, beres-beres segala macamnya itu semua tetangga yang urusin, makanya dengan digunakannya speaker dan acara gede-gedean sampe nutup jalan umum, ya menunjukkan kalo satu komunitas itu lagi mengadakan acara.

coba kita lihat publik figur yang menjadi permasalahan tadi. sebenarnya ya sama aja aplagi kan dia titel nya “Publik Figur, influencerrrr” ye kan bukan civil society kaya kite. dia merasa ya ini acaranya publik, semua orang harus tahu, mungkin dalam benak mereka adalah publik telah menyumbang dalam hidup dia sekarang, dia jadi publik figur ya kan karena publik juga memberikan atensi mereka pada-nya, dia ada ya kan karena publik mengonsumsi konten-konten yang dia miliki. dari situlah terbentuknya komunitas yang mana dia pikir adalah publik itu tadi. sehingga mungkin para publik figur ingin secara naluriahnya menjadikan publik itu dalam kehiduapn dia juga karena mereka adalah satu komunitas seperti yang saya sebutkan tadi. jadi pada akhirnya pernikahan publik figur ini pada dasarnya adalah acara publik. (note to self: baca konsep privat sama publik, counter public)

acara pernikahan di indo juga disebut sebagai kebahagiaan komunitas. begini penjelasannya, adanya dangdutan adanya prasmanan yang mana hal itu menyediakan sumber dari hiburan masyarakat sekitar. intensi nya sebenarnya bukan pada pengantin, tapi pada bagaimana komunitas merasakan kebahagiann selama acara berlangsung (biasanya kan ada kiasan 7 hari 7 malam) ya karena itu merupakan acara komunitas, perayaan ini tentunya berawal dari bagaimana orang asia memandang komunitas sebagai source of everything, ada kan kiasaan gotong royong, komunitas intinya menjadi penting dalam acara-acara ini apalagi acara ini juga kan banyak kontribusi dari anggota komunitas juga, mungkin ada sejarahnya dulu pernikahan bukan berasal dari rasa suka satu sama lain tapi memang banyak kepentingan dibalik pernikahan itu kaya penyatuan kerajaan dan lain-lain sehingga komunitas menjadi the big part of it, bahkan mungkin awalnya inilah memang acara komunitas sendiri bukan yang lagi kewong. anak hanyalah bonus.

ayo kita balik ke permasalahan di awal, adanya clash antara bagaimana harusnya tv tidak dijadikan ruang privat dan menayangkan pernikahan. sebenarnya kalo yang nikah itu pada dasarnya adalah acara publik baca paragraf sebelumnya. tapi banyak yang pastinya sekarang menyayangkan pernikahan individu ini ditayangin di tv selama beberapa jam. jujur saya juga sebal, harusnya tv dijadikan tempat yang lebih berguna bukan? pada dasarnya adalah masalah selera, banyak dari kita tentunya sudah melihat bagaimana pernikahan impian kita nantuinya bagaimana. yang menentang ini (termasuk saya) pasti memimpikan pernikahan yang privat, hanya ada beberapa puluh tamu saudara dan teman dekat saja dengan undangan yang dicek satu-satu di depan (wkwk) pernikahan ala-ala semi garden gitu. ya intinya sebenarnya masalah selera dan bagaimana kita gabisa relate sama mereka yang merupakan bagian dari publik itu, mungkin ada yang sangat bahagia hingga nangis pas udah dibilang “sahhhhhhh…”, dengan melihat idolanya nikah di tv karena dia nggak bisa dateng kan. adanya yang emang really invested to them yang membentuk para publik figur itu sampai sekarang karena mereka lah komunitasnya. banyak yang memang relate dan merasa dari perjalanan individu itu dan membentuk publiknya sendiri dan yang bukan publik yaitu kita tidak terlalu menguntungkan bagi mereka memang sedikit jumlahnya.

sebagai penutup saya sendiri sadar hal-hal yang memang sangat memberi pengaruh bagi saya, dan tentunya bukan pernikahan artis apalagi saya jarang sekali look up to one person as in ideal type of a person gitu. menurut saya si banyak dari pengaruh-pengaruh pemikiran saya berasal dari pemikiran barat, mengenai bagaimana menjaga privatisasi dan kebebasan individu. mungkin kamu yang baca sedikit relate mengenai beberapa penjelasan di atas, karena kita sendiri sudah banyak terpapar dari berbagai macam sumber informasi, intinya globalisasi. banyak kan artis barat yang ngga mengumbar pernikahannya ke publik bahkan tiba-tiba udah nikah aja, juga mungkin masyarakat di sana juga begitu nggak bakal ada tetangga yang lagi masak prasmanan atau ngga bakal ada jalan yang ditutup gara-gara dangdutan, bisa-bisa call 911 mengganggu kedamaian publik. saya pikir hal ini lah yang memang beberapa dari kita jarang sadari, kita sendiri sadar akan banyak kebebasan dan kekuatan individu sebagai seorang manusia dan punya kendali penuh akan pemikiran sekaligus tubuh kita sendiri, sementara ada yang tidak menyadari akan hal itu, kekuatan komunitas itu tadi yang saya jelaskan. mungkin perubahan akan pemikiran-pemikiran ini bakal berubah pada beberapa tahun kedepan ngga tahu juga si.

--

--

Agung Fajarudin
Agung Fajarudin

Written by Agung Fajarudin

People like to believe in fairy tale.

No responses yet